Peduli setan tentang statistik
banding-bandingan, rekor yang dipecahkan Moyes, dan blabla tentang Moyes. Itu
bisa anda cari di situs internet lainnya, bahkan ada rekor-rekor yang dibikin
bikin dan membuat orang lain terbahak-bahak, padahal rekor itu tidak pernah
ada, hanya dikarang-karang. Ya, semua suka Moyes sama halnya orang orang
disekolah merasa lucu melihat ada anak ingusan yang dikerjai oleh anak anak kelas lainnya. Awalnya buat
mereka lucu, tapi lama lama ada yang merasa kasihan, tapi mereka hanya bisa
menonton si anak ingusan itu dikerjai sambil tertawa, dan tidak lupa berdoa
agar si anak ingusan itu bisa menang melawan anak kelas lainnya, tapi nyatanya
tak pernah terjadi.
Saya bukan seorang hal yang paham
benar tentang statistik, tapi anak bocah yang baru masuk TK pun pasti tahu
kalau permainan manutd di era Moyes sangat membuat kesal daripada di era emas Fergie.
Saya tak tahu bagaimana permainan di era Fergie ketika baru injak kaki di
manutd, video yang menayangkan itu secara gamblang sangat sedikit di internet,
haruskah saya menggunakan mesin waktu untuk kembali ke akhir 80an dan awal
90an? Dari statistik menjelaskan kalau permainan fergie di awal dia membangun
kerajaannya, tidak bagus-bagus amat. Wajarkah membandingkan era emas
seseorang yang dibangun 26 tahun
lamanya, dengan sesorang yang setahun saja belum?
“Skuadnya fergie kan waktu itu
jelek!”. Pasti ada yang bilang seperti itu. Memang apa yang anda banggakan dari
skuad 2011/2012? squad peninggalan Sir Alex? Lini belakang rapuh. Lini tengah
pas-pasan. Lini depan mungkin bisa dibilang lumayan dari kedua lini tadi.
Terhitung hanya Rafael, Carrick, Degea, Van Persie, dan Rooney, buat saya yang
masih ada kualitas. Tapi apa? di musim berikutnya, mereka semua cedera kecuali
Degea. Apa yang membuat squad 2011/2012? Sir Alex Ferguson. Itu kelebihannya,
membuat squad sampah menjadi squad juara. Manutd bukan tim yang suka menumpuk
pemain bintang dalam satu line up, tapi manutd adalah tim yang suka mengalahkan
tim yang seperti itu. Itu yang saya tau hingga sekarang.
Perlu diakui memang Moyes terburu
buru mengganti staff United yang lama, seperti Mike Pheelan dan Rene Maulensteen,
dengan staff yang baru. Tapi di sisi lain, dia pelatih, dia berhak menentukan
dengan siapa dia nyaman bekerja. Dengan siapa dia bekerja. Walau hasilnya selalu
buruk, bisa jadi kala itu Moyes belum belajar, walau naif saya harus mengatakan
“Dia masih butuh waktu”. Jangankan Moyes, saya yang bermain football manager
menggunakan manutd sering mendapatkan tekanan super tinggi dari fans dan
petinggi club. Mereka tak biasa kalah, mereka tak biasa tak juara, mereka ingin
juara. Sementara pemainnya, malas-malasan, marah-marah. Ini nyata, coba saja
pakai manutd di football manager. Mereka baru senang, dan mengelu-elukan nama
saya ketika saya mendapatkan quadruple dengan mengalahkan barcelonanya Pep Guardiola
di final.
Saya kecewa melihat manutd bermain
begitu sampah musim ini. Tapi diliat dari sisi lain, apa dengan bermain seperti
sampah membuat Moyes senang? apa dengan bermain seperti sampah membuat posisi Moyes
aman, gajinya naik? Dia juga “enggak ngerti kenapa kayak gini”. Dosa besar,
jika kita menyalahkan pelatih terus menerus. Pemain malas-malasan dan tidak
punya mental kemenangan menurut saya juga punya andil untuk disalahkan. Lihat, banyak
kekalahan united karena human error di lapangan, bukan karena tactical error.
Banyak sekali gol gol deflect ke gawang David De Gea. Banyak sekali gol gol
karena telat turun. Bukti? Gol Mandzukic, sesaat setelah gol Evra!
Saya mencoba meletakan persepktif
saya menjadi seorang David Moyes. Meninggalkan klub lamanya yang setia
dengannya. Mencoba mengambil pekerjaan terberat, menjadi pelatih manutd
menggantikan Sir Alex. Dimaki-maki. Kalah dimaki, menang dimaki. Mempunyai tim
yang pemalas, dan berlagak seperti tuhan macam Wayne Rooney. Tidak punya
apa-apa, tidak punya siapa-siapa. Aduh, kasihan sekali. Pemikirannya yang
konservatif menjadi bencana untuk dirinya. Aduh, Moyes seperti pria yang
dituduh macam macam oleh wanita. Dan dia iya iya saja.
Moyes butuh waktu. Tapi ‘waktu’ itu dibeli oleh saham glazer
yang sedang anjlok,
Love United Hate Glazer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar