Senin, 25 November 2013

My Music Connection

Halo, nama saya Bayu. Salah satu mahasiswa dari jurusan komputer di salah satu universitas di Depok. Ada beberapa hal yang ingin saya ceritakan dari tugas paper ini, yaitu mengenai beberapa hobi saya yang sudah menjadi darah daging dalam tubuh ini. Hal yang tak dipisahkan dari saya adalah musik dan sepakbola. Dari musik, entah ini sekedar hobi atau memang sebuah habit setiap harinya kamu harus mendengarkan musik minimal sekitar 10-15 menit untuk mencari moosbooster dan membuat kamu semangat (Konkret). Bagi saya musik menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup, entah apa jadinya apabila dalam hidup ini tidak ada soundtrack yang menemani kamu dalam setiap moment-momentnya. Apapun jenis musiknya menurut saya mereka menciptakan satu karya seni yang harus di apresiasikan, entah itu metal, jazz, rock, folk, country, pop, punk bahkan dangdut sekalipun. Dan akhir-akhir ini saya sedang suka mendengarkan beberapa musik lama dari beberapa band yang memainkan musik british pop, ya seperti oasis, the stone roses, radiohead, pulp, blur, weezer, hingga the smith dan Morrissey yang menjadi ikon band tersebut hingga kini, dan tentunya masih banyak yang lainnya.

 Berbicara tentang musik memang tidak ada habisnya, tapi dalam kesempatan ini saya akan membahas habit saya dalam mendengarkan satu genre yang akhir-akhir ini saya sering (Antonim) dengar, yaitu Britpop atau Bristish Pop, di era modern seperti sekarang musik ini memang sudah jarang (Antonim) sekali yang memainkannya apalagi di Indonesia yang tentunya memiliki musik mainstream dan dikarakteri oleh media dan televisi-televisi nasional lainnya. Bagi saya kualitas mereka bermain musik terlihat dari acara-acara musik pagi di televisi, dan mengapa saya lebih suka mendegarkan musik indie dibanding dengan musik-musik di acara televisi pagi. Mereka tidak hanya kreatif dalam membuat aransemen tetapi juga pandai memadukan beberapa genre dalam satu aransemen, dan kembali ke briptop ada satu band Indonesia yang saya sangat suka dengan aransemen berbau britpopnya tersebut, yaitu Noah dan Nidji. Orang bilang mereka memainkan musik seperti Coldplay dan Oasis yang notabene adalah band Britpop yang termasuk sukses hingga saat ini. Tetapi tidak berhenti hanya sekedar di Coldplay dan berbicara mengenai Britpop itu saja, saya akan mencoba menjelaskan beberapa sejarah genre ini lahir di dalam banyaknya genre-genre musik lainnya.

Tonggak Britpop pertama kali ditancapkan pada tahun 1990, saat itu The Stone Roses berhasil mengambil hati anak muda Inggris dengan menyukseskan konser mereka di Spike Island, Merseyside, pada saat itu ada lebih dari 20.000 anak muda yang menonton konser mereka, Jon Savage, jurnalis musik dan pengarang buku Unseen Pleasure mengatakan, “pada saat itu aku melihat anak kecil, merokok dan memakai banyak narkoba”. Bersama dengan musik-musik halusinogenik 60an yang kembali tenar pada tahun 1990, tahun 1991 muncul band Nirvana yang mengusung musik Grunge dan masuk ke Inggris dan bersaing dengan musik-musik lokal, pada saat itu Inggris dipenuhi dengan dominasi musik-musik dari Amerika Serikat membuat scene musik lokal Inggris hampir punah (Sinonim). Adalah Suede, pada akhir 1991, berhasil menyingkirkan dominasi musik Grunge Amerika Serikat. Suede dan Blur adalah band Inggris yang pertama kali mempelopori gerakan musik britpop untuk melawan dominasi musik Amerika, menurut mereka, musik Britpop adalah musik unik asli Inggris yang mengangkat tema British dan berbagai macam masalahnya.
Tingginya perhatian musik Britpop terhadap pertentangan kelas antara kelas (Homograf) pekerja dan kelas atas (kerajaan dan pemerintah) membuat Britpop sebagai media kritis melalui musik yang dijadikan kiblat masyarakat Inggris dalam memerangi pertentangan kelas, tingginya perhatian Britpop atas hal-hal tersebut memunculkan budaya chauvinis yang agak berlebihan, hal itu ditandai dengan munculnya lagu-lagu berlirik nasionalisme yang dikemas secara populer, sebut saja Cock Sparrer dengan England Belongs To Me.

Dan tak lama dari perkembangan music Britpop itu sendiri di Inggris, genre tersebut pun akhirnya masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an, maraknya dominasi musik-musik luar di dalam televisi juga mengakibatkan pergeseran makna di kalangan anak muda, dahulu mereka menganggap televisi hanya sebagai sarana menambah informasi dan hiburan semata saja, tetapi setelah munculnya MTV, mereka menganggap bahwa menonton MTV bukan lagi merupakan sarana penambah informasi semata, tetapi juga menjadi bentuk identitas baru yaitu situasi sosial dimana mereka bisa disebut “keren”. Sampai saat ini, Britpop yang tidak hanya menjadi aliran musik pun akhirnya berubah menjadi suatu bentuk budaya dengan produk-produknya yang beragam, sebut saja fashion, subkultur Mods, Vespa, Punk Oi!, dan sepak bola, semuanya memegang peranan besar dalam mengekspansi budayanya yang berlabel British ke Indonesia, adapun kenyataannya, pudarnya musik Rock British tahun 1990an macam Oasis dan koleganya yang pada saat itu diyakini sebagai awal mainstreamnya musik Britpop harus tersingkirkan oleh musik-musik baru yang muncul di dekade 2000an, sebut saja Coldplay, Arctic Monkeys dan Two Door Cinema Club, mereka menggeser genre Britpop yang tadinya bermusik keras (Homonim) dan lirik-lirik yang menggambarkan situasi sosial masyarakat British saat itu menjadi Britpop yang segar, ear catching, dan lirik-lirik yang tak jarang menggambarkan situasi romantisme saat ini.

Lepas dari genre Britpop yang kita bicarakan, ada beberapa musisi atau band yang menjadi favorit saya yang lainnya, contoh saja Tom Delonge. Dia adalah salah satu pentolan band asal Amerika yang kita kenal semua dengan Blink-182, banyak alasan untuk bisa mengagumi dia seperti dari gaya bernyanyi dan juga fashionnya. Dan, ketika saya masih duduk di bangku SMP kelas (Homograf) 3 adalah waktu pertama kalinya mendengarkan Blink-182 yang sedang naik (demotasi) daunnya, saat itu fashion skate-punklah yang berhasil membawa saya menjadi tergila-gila dengan Blink seperti kaos kaki panjang dan sepatu Vansnya untuk laki-laki dan juga rok (Homofon) kotak-kotak beserta stocking hitamnya untuk wanita, entah itu suatu mainstream atau tidak tetapi menurut saya itu adalah suatu trend yang positif pada saat itu.  Dan ketika Tom Delonge memutuskan membuat band baru dengan Angels And Airwaves saya mulai jatuh cinta dengannnya, membawa genre musik baru di band yang baru pula membuat Angels And Airwaves langsung meroket pada penjualan album pertamanya. Banyak perbedaan yang saya dengarkan dari AVA ini, mereka memainkan musik Alternative Rock (Homofon) dengan efek luar angkasanya yang bisa membawa kamu seakan-akan naik (Denotasi) dalam roket dan menjadi astronot. Waktu semakin berputar, pemikiran pun berubah dengan seiringnya jaman, dan saat ini ada 1 band yang menjadi fafvorit saya sejak mengenyam bangku sekolah hingga saat ini, ya mereka 30 Second To Mars. Pertama kali mengenal mereka lewat sebuah video klip dan berlanjut hingga membeli albumnya dalam bentuk fisik. Ada satu kata yang mencirikan mereka yaitu “epic”.  Ya memang band Alternative Rock ini sudah mulai mempengaruhi saya sejak mulai SMP, mulai dari pembuatan video klipnya di setiap lagu yang sangat nyentrik seperti sebuah film layar lebar dan menceritakan makna lagu itu lebih luas dari liriknya, dan juga aksi panggungnya yang sangat energik. (Umum-Khusus)


Ya memang tidak akan ada habisnya berbicara tentang musik itu sendiri dan juga genrenya masing-masing, banyak sekali band-band yang menjadi favorit saya dan jadilah seorang pendengar yang universal, maksudnya, jangan pernah kamu mengkotak-kotakan (Konotasi) band berdasarkan genre musiknya. Setiap genre memang ada penikmatnya sendiri dan juga ada timingnya sendiri dalam mendengarkannya, seperti alunan musik reggae yang lembut tepat untuk kamu yang menikmati santai sambil duduk di pantai dengan angin yang sangat menderu-deru, berbeda halnya dengan musik metal atau hardcore yang memiliki suara distorsi keras (Homonim) seperti batu, bagi saya kedua genre ini bisa menjadi moodbooster ketika kamu mencari semangat untuk melakukan aktifitas. Pada akhirnya setiap orang memiliki seleranya masing-masing dalam memilih & mendengarkan genre musik yang pas buat mereka, karena saya percaya musik memang diciptakan untuk sebuah meditasi pikiran dan tanpa musik hidup kita akan terasa hambar (Abstrak).