Akhir-akhir ini kita sering melihat
fenomena perilaku masyarakat kita yang anarkis dalam pemecahan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kekerasan tampaknya tidak pernah
berhenti dari masyarakat kita akhir-akhir ini. Penyelesaian masalah dengan
mengedepankan kekerasan ketimbang musyawarah sebagai ciri bangsa beradab
semakin marak. Adakah perubahan karakter jati diri bangsa ini yang terkenal
dengan keramahan dan kesantunannya? Layak untuk dipikirkan kemungkinan
bergesernya karakter bangsa ini. Ada dua factor utama yang merupakan dua faktor
faktor penyebab terjadinya anarkisme.
1. Faktor Internal
Salah satu faktor yang amat mempengaruhi
peubahan karakter masyarakat yang cenderung anarkis yakni faktor dari dalam
masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini anarkisme sebenarnya tidak murni hasil
sumbangan budaya barat yang tidak mengenal sopan santun, namun juga sebenarnya
telah berkembang dimasyarakat kita sejak zaman kerajaan atau pra-kolonial. Kita
dapat mengambil contoh perang suku di Papua yang disinyalir menjadi ritual
wajib dalam kebudayaan masyarakat sana. Adapun secara kultural, kita dapat
mengkaji bahwa, anarkisme awalnya terbentuk dari sebuah gesekan antar suku,
namun seiring dengan pola kultural yang berlaku di masyarakat papua tersebut,
hal itu telah menjadi sebuah kebiasaan yang terus menerus dilakukan yang
akhirnya menciptakan sebuah budaya baru. Yakni budaya kekerasan yang terjadi di
kalangan masyarakat papua. Dari contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa budaya kekerasan sendiri sebenarnya telah dimiliki oleh masyarakat kita
sebagai sisi lain dari budaya ramah tamah yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia pada umunya.
2. Faktor eksternal
Globalisiasi. Sebuah kata kunci
untuk mengambarkan bagaimana sebenarnya pergerseran budaya menjadi faktor
eksternal dari perilaku anarkis yang selama ini terjadi. Faktor internal telah
menjadi fondasi dasar atas perilaku anarkis yang berkembang di masyarakat.
Disamping itu, globalisasi telah menyusupkan sebuah virus negatif sebagai sisi
lain dari kemajuan zaman yang ia gaungkan. Dalam hal ini, budaya barat
sebenarnya tidak murni mengharapkan terjadinya pergeseran budaya dimasyarakat
kita. Namun proses filterisasi atau pemaknaan yang salah atas budaya barat yang
masuk ke budaya kita menyebabkan terjadinya akulturasi yang tidak sempurna,
bahkan menjurus negatif. Sebagai contoh ketika budaya sosialisme yang disalah
artikan oleh lenin menjadi sebuah komunisme-leninisme. Dalam hal tersebut,
sebenarnya sosialisme yang digambarkan oleh marx adalah sebuah kesetaraan
sosial. Namun oleh lenin diubah sebagai cara untuk menyetarakan masyarakat
dengan jalan apapun, termasuk anarkisme. Dalam kaitannya dengan masyarakat
kita, hal tersebut juga terjadi dalam proses akulurasi budaya barat dengan
budaya kita. Kebanyakan masyarakat hanya mengambil kesimpulan dangkal atas
suatu paham dari budaya barat, tanpa menyaring budaya tersebut agar dapat sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat kita.
Dari kedua faktor tersebut dapat
kita simpulkan bahwa anarkisme yang terjadi dimasyarakat kita saat ini didasari
oleh budaya kekerasan yang ada didalam masyarakat kita dan kemudian dipelrngkap
oleh pergeseran budaya oleh karena proses akuluturasi yang tidak sempurna atau
dapat dikatakan sebagai efek negatif dari globalisasi. Dengan menanamkan
kembali nilai-nilai ketimuran dari budaya kita semenjak usia dini (masa
sekolah), sekiranya dapat mengurangi sedkit demi sedikit budaya kekerasan yang
terjadi dimasyarakat kita saat ini. Selain itu pentingnya pengawasan dalam
proses akulurasi budaya barat, misal dalam dunia penyiaran, KPI berhak
menseleksi tayangan dari luar yang tepat bagi masyarakat kita sebagai langkah
filterisasi budaya barat agar tercipta akuluturasi yang positif. Jika kedua hal
tersebut dapat direalisasikan, maka secara bertahap anarkisme akan berkurang
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dan selain dua diatas tersebut ada beberapa faktor yang
menyebabkan munculnya tindakan anarkis dalam demonstrasi , yaitu:
- Sikap Para Demonstran Yang Menganggap Pendapat Mereka Paling Benar Dan Harus Dituruti.
Hal ini bisa kita lihat dalam pelaksanaan demonstrasi, para
demonstran menganggap bahwa aspirasi atau pendapat mereka suarakan
merupakan-merupakan aspirasi yang benar, mereka juga menganggap bahwa aspirasi
mereka suarakan merupakan aspirasi yang mewakili suara hati seluruh rakyat
Indonesia, dengan dasar itulah mereka menganggap bahwa apa yang mereka
pikirkan, apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka lakukan merupakan hal
yang benar dan mereka menginginkan agar apa yang mereka suarakan bisa
terralisasikan. Dengan dasar kebenaran ini maka dalam pelaksanaan demonstrasi
para demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat namun lebih mengarah
pada memaksakan pendapat, sehingga untuk memaksakan kehendaknya ini mereka
melakukan tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang di lakukan merupakan wujud
dari pemaksaan kehendak, dengan harapan agar kehendak atau aspirasi yang mereka
suarakan dapat diperhatikan.
- Suasana Panas, Sesak Dan Penat Akan Membuat Para Demonstran Cenderung Mudah Terpancing Emosi.
Anarkisme juga bisa disebabkan karena situasi ketika demo
terjadi, umumnya dalam suatu demonstrasi memerlukan waktu yang tidak sebentar
dan dilakukan di siang hari, suasana yang panas, sesak dan penat akan mudah
membuat para demonstran untuk terpancing emosinya dan mudah marah. Ketika
demonstrasi kondisi fisik dari para anggota juga pasti mengalami kelelahan,
dengan kondisi ini jika dalam suasana yang panas atau hujan deras maka akan
membuat para demonstran mudah marah, hal ini akan mengakibatkan tindakan
anarkis, jika salah satu anggota lain akan mudah tertular untuk melakukan
tindakan yang serupa.
- Tidak Ada Perwakilan Yang Bersedia Menanggapi Dan Berbicara Dengan Para Demostran.
Ketika ada niat untuk melakukan demonstrasi, tentunya suatu
kelompok atau pihak yang akan melakukan demonstrasi sudah mempunyai suatu
pandangan, gagasan atau pemikiran yang mereka yakini kebenarannya, inilah yang
nantinya akan mereka suarakan dengan harapan apa yang meraka suarakan bisa
menjadi kenyataan, atau paling tidak mendapatkan tanggapan dari pihak yang
mereka harapakan. Namum banyak kejadian ketika ada demonstrasi tidak ada satu
pun orang yang bersedia menemui para demonstran untuk berbicara dengan member
penjelasan, hal ini membuat para demonstran kecewa, marah hingga melakukan
tindakan anarkis sebagai luapan emosinya. Solidaritas yang tinggi antara para
anggota demonstran. Dalam suatu demonstrasi umumnya, para demonstran memiliki
solidaritas yang sangat tinggi antara anggota satu dengan anggota yang lainnya,
jika salah satu anggota melakukan hal yang baik maka kemungkinan besar anggota
yang lain akan melakukan hal yang sama, tetapi yang dalam demo selama ini
khususnya di awal tahun 2010 ini bukanlah solidaritas yang baik, tetapi lebih
mengarah pada solidaritas yang buruk, jika salah satu anggota berteriak SBY
maling, maka yang lain juga akan melakukan hal yang sama. Salah satu hal yang
menyebabkan tindakan anarkis dalam demonstrasi adalah kuatnya solidaritas
antara demonstran satu dengan yang lainnya, tindakan anarkis awalnya hanya
dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun karena para demonstran
kesamaan Visi, Misi dan tujuan maka mereka mempunyai solidaritas yang tinggi.
Jika salah seorang anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota yang lain
akan melakukan tindakan yang sama, jika salah seorang anggota di amankan oleh
pihak kepolisian maka anggota yang lainakan berusaha menyelamatkan rekannya.
Hal ini terkadang memicu kerusuhan antara demonstran dengan aparat kepolisian.
- Kerusuhan Dalam Demo Memang Sudah Di Rencanakan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan anarkis dalam
demo yaitu, kerusuhan dalam demonstrasi memang sudah direncanakan sebelumnya,
kerusuhan ini biasanya dilakukan oleh lawan politik atau pihak-pihak lain yang
tidak suka dengan pemerintahan yang sedang berjalan. Kasus ini sering terjadi
di Indonesia, dalam demo di Mojokerto beberapa waktu lalu terjadi kerusuhan
yang mengakibatkan kerugian hingga 1,4 M, demo ini disebabkan karena salah satu
kandidat calon bupati tidak diloloskan menjadi calon bupati oleh KPU setempat.
Akibatnya para pendukung bupati yang tidak lolos berdemo didepan KPU Mojokerto
dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas Negara. Dalam demo ini hampir 100
orang di tahan, dari barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi bisa disimpulkan
bahwa kerusuhan atau tindakan anarkis para demonstran sudah direncanakan.
- Adanya Provokasi.
Setia demonstrasi tentunya melibatkan banyak orang, hal ini
membuat situasi sangat sulit untuk dikontrol dan dikendalikan, selain itu
banyaknya demonstran juga sangat rawan dengan provokasi, baik provokasi dari
dalam maupun dari luar, provokasi dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu
anggota demonstran yang mempunyai kecenderungan prilaku menyimpang dalam
keseharianya, sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada potensi
untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga mungkin
dilakukan oleh pihak-pihak luar yang menginginkan suasana demo menjadi rusuh.
Dalam suatu demonstrasi umumnya pihak atau kelompok yang melakukan demo mempunyai
Visi dan Misi yang sama, sehingga dengan kesamaan ini para demonstran cenderung
memiliki solidaritas yang tinggi antara sesama anggota. Sehingga jika salah
satu anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota yang lain juga akan akan
sangat mudah untuk mengikuti tindakan tersebut.
KESIMPULANN: Rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya ingin
memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi di atur sehinggga mengakibatkan
keadaan menjadi kacau, maka itu yang disebut dengan anarkis sekarang ini. Hal
ini sangat sesuai dengan demonstrasi anarkis yang terjadi di Indonesia saat
ini. Dalam demonstrasi para demonstran umumnya tidak hanya mengemukakan
pendapat, tetapi pada ujungnya sampai tahap memaksakan kehendaknya dan
pendapatnya, yang kemudian mereka melakukan tindakan anarkis dan amoral dalam
memaksakan pendapatnya, yang akhirnya berujung kekerasan atau tindakan yang
anarkis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar